Sunday, March 4, 2012

Bandung (tanpa) Dago

Kalau biasanya saya traveling sendirian (karena dibayarin kantor, hehe), kali ini saya dapat kesempatan untuk traveling singkat bersama teman-teman seperguruan. Gak jauh-jauh sih, cuma kota kembang, si lautan api, paris van java, dan entah apa lagi julukannya. Yup, kami ke kota Bandung. \(^.^)/

Setelah perjalanan malam yang cukup panjang bersama kereta bisnis Argo Parahyangan dari stasiun Jatinegara, tibalah saya, dan keempat teman saya (Jody, Ali, Febrian, dan Helmy) di stasiun Bandung. Gak tanggung-tanggung, kami tiba di kota kembang pukul 11.25. Siang? Nope, malem. Alias setengah jam sebelum tengah malam.

Karena statusnya saya 'ngikut' alias bukan saya yang merencanakan, jadi saya gak googling sama sekali tentang Bandung, apa yang bisa dilakukan saat kami tiba atau whatever. Hanya ngikut kemana sang pemimpin (Ali) yang jalan di depan.

Awalnya rencana kami mau makan Perkedel Bondong yang ada di pintu utara stasiun Bandung. Tapi setelah kita keluar dari pintu utara dan jalan lumayan jauh mengikuti  sang pemimpin, bukannya warung perkedel bondong yang kami temui, malah para bondong yang berpakaian seksi 'mangkal' di pinggir jalan. Dan bagaimana akhirnya? Kita sukses tidak menemukan dimana warung itu. Aarrghhh. (nb: yg gak tau apa itu bondong, sok atuh tanya kang google aja)

Ada kejadian lucu ketika kami mencari warung perkedel bondong. Setelah sekitar 50m dari stasiun ada seseorang yang menawarkan sesuatu. Yang saya denger sih akang itu bilang "Ojek, Mas?". Tapi beberapa detik kemudian salah satu temen saya bilang kalau akang tadi bilang "Cewek, Mas?". Lhaa? Kenapa saya dengernya ojek ya? *brb, korek kuping*

Dan cerita lucu lainnya ketika saya baru sadar banyak WTS alias PSK alias bondong di sekitar saya. Saya bilang ke Jodi :

saya : Jod, liat arah jam 3. (posisi 2 bondong di sebelah kanan kami)
jodi : hah? apa?
saya : Yah, sekarang jam 4 jod. *karena kami tetep jalan*
jodi : *masih gak paham* hah? maksudnya apa?
saya : Yah, sekarang jam 5 jod.
jodi : *lihat jam tangannya* apaan? sekarang jam setengah duabelas.
saya : *gubrak*

Yaa wajar ya, si Jodi emang paling polos, tapi sebenernya dialah tujuan kita ke Bandung. Untuk mengunjungi kampus ITB karena doi ingin kuliah disana. Good luck brother!!

Setelah pasrah gak nemuin warung perkedel bondong, sang pemimpin pun ganti arah langsung ke Masjid Raya Bandung. Alamaak, jalannya cepet-cepet banget. Kita kan lagi jalan-jalan bukan lagi jalan berangkat kerja ngejar waktu. Alhasil, saya terus sewot karena sang pemimpin jalannya masih aja cepet-cepet. Zzzz. Sampe Masjid Raya Bandung pun kaki pegel semua. *agak konotatif sih* :p

Kami semua bermalam di Masjid Raya Bandung. Emang sesuai sama rencana, tapi ga sesuai sama perkiraan saya. Ternyata banyak juga orang (ga tau homeless atau pelancong-berbudget-rendah, seperti kami, hehe) yang tidur di teras masjid. Dingiiiiiinn. Untung di Jakarta sempat beli koran dan dibagi-bagilah jadi alas tidur. Fyuuhh, pules.

Paginya, setelah solat subuh, kami mencari makan. Saya melihat gerobak bertuliskan Ketupat Tahu. Hmm, benak saya langsung terlintas ketupat labu berkuah ditambah dengan tahu. Dan lagi-lagi perkiraan saya salah. Apa yang disajikan malah lebih mirip ketoprak dengan toge yang oversize tapi tanpa bihun. Aarghh, padahal saya lagi mau makan yang berkuah. T-T

Setelah makan (yg makan hanya saya, Ali, dan Febrian), kami menuju stasiun untuk beli tiket pulang, yang lagi-lagi dengan berjalan kaki tempo cepat. Tapi apa yang terjadi? Ternyata keberangkatan Argo Parahyangan jam 14.30 sampai yang terakhir sudah habis. Kami disarankan beli tiket tambahan yang jumlahnya terbatas satu setengah jam sebelum keberangkatan. Yaudahlah, kami berpikiran kalau pun gak dapet tiket kereta untuk pulang, bisa naik bus kok.

Perjalanan dilanjutkan menuju kampus Ganesha ITB. Naik angkot satu kali langsung sampai. Kami langsung explore ITB dari ujung sampai ujung. Kebetulan ada acara education fair dan seminar untuk masuk ke ITB. Wah, we arrive at the right time. Tapi karena seminarnya sampai sore, sementara kita mau ambil kereta yang jam 14.30, kita hanya ikut education fair. Dan disitulah si Jodi asyik nanya-nanya soal bla bla bla ITB. Gak terlalu peduli lah, wong saya udah kuliah di tempat laen. :p

Dari ITB, kita menuju Ciwalk (Cihampelas Walk), karena rencana berubah jadi ambil kereta jam 12.00. Saya yang awalnya pengen banget ke Dago harus ngalah. Padahal pengen koleksi foto dengan latar tulisan-tulisan besar di Indonesia (macem Pantai Losari dan Coastarina di Batam). Karena diuber waktu kami gak lama di Ciwalk (cuma makan di KFC) dan sang pemimpin cari jaket di factory outlet di sepanjang jalan cihampelas.

Jam 11.30 kami sudah tiba di stasiun Bandung, saya langsung ke counter penjualan langsung. Ternyata tiket eksekutif (catat ya, eksekutif, padahal kami budget-traveler. haha) hanya tinggal 5 dan itu pun pisah-pisah. Akhirnya saya dan Helmy yang nemenin saya beli tiket sementara yang lain beli jajanan, memutuskan untuk ambil tiket itu. Biarlah pisah yang penting pulang siang dan liat pemandangan alam. Karena perjalanan semalam cuma hitam doank yang keliatan di jendela.

Akhirnya, saya satu gerbong dengan Jodi, tapi Jodi duduk di kursi paling depan sedangkan saya paling belakang. Sementara tiga orang lainnya berada dua gerbong di depan gerbong saya dibatasi gerbong makanan. Yaa karena sendiran, untuk membuang waktu  saya pilih twitteran, foto-foto, dan dengerin mp3, kadang terlintas di benak saya bagaimana dengan Jodi didepan sana yang gak bawa handphone, kamera, maupun mp3 player.

Saya mulai heboh foto-foto karena di depan saya ada keluarga bule (ayah, ibu, dan anak perempuannya yg bening) yang lebih heboh lagi. Bagaimana tidak, si ayah pakai kamera DSLR, si ibu punya DSLR sendiri, dan si anak asyik dengan camdig merk Sony-nya. Wahh, pokoknya kalau ada jurang yang bawahnya sawah terrasering mereka pasti langsung jepret jepret. Ayah di sisi kiri gerbong, sementara si ibu dan si anak sebelah kanan gerbong. Tapi si ayah lebih banyak menghilang dengan kameranya, sampai saya berpikir, jangan-jangan dia naik di atas gerbong agar dapat gambar dengan warna lebih natural, karena jendela kereta pada beset-beset. Haha, ngayall.

And finally, kami sampai di Jakarta lagi. Turun di stasiun Jatinegara dengan sedikit rasa kecewa karena gak jadi ke Dago (taman Cikapayang). Tetep ye Am. Ya iyalah, karena menurut saya kalau belum ke Dago berarti belum ke Bandung. Apa artinya perjalanan ini tanpa Dago. Ahh, Dago oh Dago riwayatmu kini. :'(

*end blog sebelum jadi makin gila karena gagal ke Dago*

Ps: Special thanks to @F_Adrianputra @jodyramadhan96 @helmy_caur dan special pake telor buat sang pemimpin @alsaizar . Next trip Bali yuk, naek Argo Anggrek. :p