Thursday, April 5, 2012

Annual Traveling to Puncak

huaamm, gak kerasa udah hampir sebulan saya ga posting di blog. Dan gak terasa juga udah nambah 100 kunjungan ke blog ini. Serius, 1 orang pengunjung (biarpun gak baca karena nyasar dari Google) sangat berarti bagi saya.
ivanjaya.net

Satu bulan gak posting emang kemana? Pasti gak ada yang nanya saya kemana.
ivanjaya.net

Well 1 bulan ga posting bukan berarti saya ga jalan-jalan. Awal maret kemarin saya dan teman saya berangkat untuk pertama kalinya ke luar negeri. Negeri yang sangat jauh. Jauuuuhh sekali.. Yap, tidak lain tidak bukan, negeri itu adalah ..... Singapura!!!
ivanjaya.net

Tapi, yang mau saya ceritakan di posting ini bukan perjalanan ke Singapura itu. Pada bisa baca judulnya kan? Yap saya mau menceritakan salah satu pengalaman saya jalan-jalan ke Puncak yang waktu STM setiap tahun saya lakoni.

Waktu STM saya setiap tahun ke Puncak, kebanyakan untuk mengikuti kegiatan LDKO (Latihan Dasar Kepemimpinan OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah)) --panjang kan kepanjangannya--.

Tahun pertama

Sebagai seorang peserta tentu ga seribet jadi panitia. Kita tinggal bawa semua perlengkapan yang disuruh dibawa, dan jadwal juga diatur panitia. Intinya lebih enak jadi peserta daripada panitia. Makanya saya pengen jadi peserta lagi di tahun kedua eh gak boleh.

ivanjaya.net

Dulu kita berangkat hari Jumat. Sebelum solat jumat, peserta diminta berkumpul untuk briefing, dan sambutan-sambutan dari guru-guru. Dan setelah itu --hal yg paling saya suka-- adalah peserta boleh pulang untuk ambil perlengkapan yang ketinggalan. Saya suka karena ada satu hal penting yang terlupakan untuk dibawa.

Tapi, kita disuruh pulang setengah jam sebelum solat jumat, dan berangkat ke puncak jam 1 siang. Mana sempat saya kalau pulang untuk mengambil 'itu'. Akhirnya, dengan kecerdikan, saya pilih untuk membeli saja 'itu' di pasar pulogadung.
ivanjaya.net

Dapat!!! 3 pcs dengan harga 10rb. You know what that thing? Yes, my friend called it "Savety Triangle" alias "Segitiga Pengaman" alias .... celana dalam.

Dan dari pengalaman ini, setiap saya traveling, selama uang cukup/berlebih (ga pernah kurang, alhamdulillah) apa pun yang ketinggalan bisa dibeli dengan uang.
ivanjaya.net


Tahun Kedua

-Tidak dapat ditampilkan demi menjaga kredibilitas angkatan saya-
ivanjaya.net

Tahun Ketiga

Nah, saat ini saya menjadi tamu, gak jadi peserta dan gak juga jadi panitia. Yang mengesalkan dari LDKO tahun ketiga ini adalah, panitia yang memilih villa yang jauhnya gak nyantai!!!

Saya sama beberapa teman naik angkutan umum ke Puncak. Ada kejadian lucu waktu di terminal kp Rambutan.

Jadi ada pedagang yang menjual dompet. Saya minat beli (bahkan masih dipakai sampe sekarang) dompet yang dibanderol Rp 5rb. Murah gak?? Saya beli 1 biji dengan uang pas, tapi pedagangnya malah menghitung-hitung duitnya sampai dua kali dengan suara keras. Lha??

Ternyata kata temen saya, "itu biar lo disangka beli banyak am"

Saya langsung berpikir, wahh itu strategi marketing yang luar biasa!!!

Villa di tahun ketiga ini luar biasa sekali, pemandangannya, udaranya, sejuknya, bahkan jauhnya, capeknya, pegelnya. Ahh, semua yang bagus dan jelek kadang selalu menyatu menjadi kesatuan yang utuh. Halah!

Mungkin ada sekitar 2km berjalan kali mendaki, menurun, lewatin sungai kecil, danau kecil, air terjun kecil (serius cuma setinggi 1 meter). Dan villa ada di puncak gunung. Fyuh, berasa mendaki gunung gede.
ivanjaya.net

Tahun Keempat

Nah ini yang paling gokil. Saya sama temen saya (the only one follower of this blog) untuk pertama kalinya niat ke Puncak untuk acara yang sama dengan motor. Tapi saya gak boleh bawa motor kalau acara menginap #prinsip. Alhasil, kira menerapkan simbiosis mutualisme, dia ada motor, saya ada SIM C. Oke, jalan!!

Sebelumnya saya mau jujur. Kita berdua labil (tapi bukan ababil). Dan kita bangga. Seperti kata Patrick Star. "Saya labil dan saya bangga!!!"
ivanjaya.net

Perjalanan dimulai dari rumah saya di bilangan Teluk Pucung, Bekasi. Karena kita labil (tapi bukan ababil), kita pun maunya sesuatu yang gak biasa. Saya niatnya ajak untuk lewat jalan Cileungsi terus Cibinong, ntar tembus-tembus niatnya di Gadok lewat Sentul. Dan you know what? Kita berdua belum pernah melewati rute tersebut.

Karena bakalan lewat jalan pekayon dan mal Bekasi Square, teman saya (oke, mulai saat ini disebut Latief) mengajak untuk masuk rumah hantu dulu di mal itu. Oke. Udah lama juga gak iseng-iseng masuk ke rumah hantu. Lagipula kita berangkat sore, jadi apa yang serem sih. (Sebenernya lagi menenangkan diri sendiri)
ivanjaya.net

Nothing special sih di ghost house. Ketok pintu, bilang assalamualaikum, terus duduk disofa, disuguhin teh sama biskuit, diajak ngobrol, terus pamit. Oke, sorry, ini ngaco!! But, serius gak ada yg spesial disana. Cuma saya yg iseng injek keras-keras lantai bambu berharap supaya rumahnya roboh dan hantu-hantunya pada ngungsi semua.
ivanjaya.net

Kami pun melanjutkan perjalanan. Kami mengikuti kemana jalan membawa kami. Dan tibalah di suatu tempat dimana saya memutuskan untuk mengatakan bahwa, "Kami Nyasar!!" But, Latief tahu itu dimana. Deket rumah tantenya, dan alhasil, kami ke rumah tantenya dulu untuk numpang istirahat, numpang sholat dan yang paling penting, numpang makan.

Setelah itu (perut kenyang maksudnya) perjalanan pun berlanjut. Latief yang bawa motor sampai dimana saya tau jalan. Dan akhirnya, kita malah ketemu jalan Yogie, Cibubur.
ivanjaya.net
Karena udah ga mau ambil resiko nyasar lagi, kami belok kanan dan ketemu jalan raya Bogor. Udah gak ada nyasar-nyasaran lagi deh. Tapi pas di pertigaan di Puncak, kami diberhentikan polisi. Untung di Ciawi udah tuker posisi lagi sehingga saya yang bawa motornya (si Latief bersikeras pengen bawa motornya pas di kota Bogor, Huh!)

Polisi meminta surat-surat. Saya ngasih SIM, Latief ngasih STNK. Tsaahh. Polisinya masih gak nyadar. Nah dia nyadarnya pas saya nyerahin STNK-nya ke Latief. Polisi itu keheranan, dan Latief dengan santainya bilang "Ini motor Bapak (saya)". Padahal saya sudah siapin jawaban yang lebih mantep, "Tadi kita abis dari mal, diperiksa STNK-nya, jadinya dia deh yang pegang STNK-nya" #penipuUlung
ivanjaya.net

Kita lanjut menuju Wisma Widuri di km 87 (villa yg sama waktu kami jadi panitia). Sekitar 1km setelah polisi tadi, kita gantian lagi bawa motornya. Dan astaga, mungkin karena malem kita kelewatan dari villa itu yang ada di sebelah kanan kalo dari arah Jakarta. Payah dah.

Dan satu hal gokil lainnya. Kami memutuskan untuk solat isya dulu di salah satu mushola di pinggir jalan. Ada beberapa orang nawarin villa di depan mushola itu, tapi kami tolak (yaiyalah). Kami ambil air wudhu. Karena pintu mushola dikunci (mungkin karena udah malem banget), kami solat di teras, tepat di depan pintu mushola. Kearah mana? Ke arah pintu.

Pas sholat, ada suara ketawa ketiwi ga jelas. Saya yang jadi imam berusaha gak berpikiran macem-macem. Dan kalian tahu itu suara darimana??

Ternyata dari suara orang yang nawarin villa itu. Salah satunya sambil tertawa berkata.

"Kang, kiblatnya bukan kesana, tapi kesana (nunjuk arah kiri dari kiblat ala kami berdua)"

Saya tertawa paham, padahal di hati mah.. Maluuuuuuu
ivanjaya.net

Sampai di villa (akhirnya ketemu), kami langsung tidur. Gila aja, berangkat sekitar jam 5 sore, sampe lokasi jam setengah 12 malem. Itung dah berapa jam perjalanan kalo Bekasi - Puncak dengan cara labil.
ivanjaya.net