Saturday, February 18, 2012

Taksi di Manokwari

Ojek di Manokwari (tampak belakang) hehe
Kalau kita mendengar kata 'taksi', pasti yang terlintas di benak kita adalah mobil sedan dengan neon box di atasnya dan kita harus membayar sesuai dengan argo. Bila di Jakarta kebanyakan warnanya biru, meskipun ada warna putih, kuning, dan berbagai macam warna lain tergantung perusahaan taksinya.

Tapi bila kalian membawa ekspektasi itu ke Manokwari, bersiap-siaplah mulut kalian akan ternganga. Karena taksi disini sama dengan ojek di Jakarta. Haha. Tapi jangan salah, taksi alias ojek ini berbeda jauh dengan di Jakarta yang mangkal di setiap sudut jalan dan trotoar. Ojek (mulai sekarang bilangnya ojek aja ya) di Manokwari biasanya ngiter cari penumpang seperti taksi. Dan uniknya setiap tukang ojek mengenakan helm dengan warna dominan yang sama, yaitu kuning. Dan di bagian belakang helm kita akan melihat plat nomor dengan nomor tertentu. Mungkin nomor keanggotaan kali ya. Hehe

Pengalaman saya naik ojek adalah saat saya dari salah satu pantai di Manokwari. Saya yang sama sekali belum mengenal transportasi disana berangkat pagi-pagi pada hari Minggu menuju pantai (lupa nama pantainya apa) karena berniat untuk melihat sunrise disana. Bahkan saat saya keluar hotel, pagar hotel masih digembok.

Saya bingung bagaimana transportasi menuju pantai tersebut, dan bodohnya saya lupa bertanya pada resepsionis hotel. Haha. Akhirnya saya berjalan kaki menuju arah pantai tanpa tahu harus naik apa. Lalu di pertigaan, ada seorang pengendara motor menawarkan tumpangan pada saya. Akhirnya saya langsung naik karena saya pikir dia adalah tukang ojek. Saat sampai di pantai, saya tanya berapa ongkosnya? Dia malah bertanya balik biasanya berapa? Lhaaa?

Akhirnya saya kasih saja uang 15 ribu rupiah (karena saat saya kasih 10 ribu dia bilang kurang). Huh, bilang aja sih tarifnya berapa, ntar gue bayar kok.

Setibanya di pantai, saya berjalan menyisiri pantai yang sepi. Bukan sepi lagi malah, karena hanya saya yang ada di pantai itu!! Ahh mau main air malu sama penjaga warung di pinggir jalan. Lagipula saya kan kesini mengejar sunrise. Dan beberapa menit di pantai saya sadar betapa bodohnya datang ke pantai di Minggu pagi. Kenapa? Manokwari mayoritas penduduknya adalah kristiani, bayangkan saja sendiri apa yang sedang mereka lakukan di pagi-pagi hari Minggu?

Oke, back to topic. Akhirnya kebenaran tentang tarif ojek dari pantai ke hotel saya terkuak saat perjalanan pulang. Karena saya masih belum tahu yang namanya ojek di Manokwari, saya berjalan di pinggir jalan sambil menikmati suasana pagi karena saya tidak tahu mana yang ojek dan mana yang bukan. Bahkan saya asal salah melambaikan tangan pada setiap motor yang lewat. Hahaha

Dan sukses, seorang bapak yang mengenakan helm kuning berhenti dan saya bilang tujuan saya. Oalah, dari bapak itu baru saya tahu bagaimana kriteria ojek di Manokwari. Ya ciri-cirinya seperti yang saya sebutkan di atas. Jadi, ojek yang saya naiki ke pantai sebelumnya sebenarnya orang biasa yang kebetulan searah alias ojek gadungan. Hahaha.

Dan, bisa kalian bayangkan berapa tarifnya? Hanya 7 ribu rupiahh.!!  Huaaaa, tahu sendiri lah bagaimana perasaan saya saat itu. T-T

Akhirnya, sejak saat itu saya keliling kota manokwari naik ojek. Tinggal berdiri di pinggir jalan dan kalau ada orang yang pakai helm kuning, tinggal lambaikan tangan, pasti dia berhenti. Bahkan pernah saya harus membayar 30 ribu karena muter-muter cari tiket pesawat ke Jakarta sama tukang ojeknya. Nah, biar hemat, naik ojeknya satu-satu aja. Maksudnya tidak perlu minta tukang ojeknya nungguin kita. Jangan takut ga dapet ojek, mereka banyak kok berkeliaran di jalan-jalan Manokwari.

Kebanyakan tukang ojek di Manokwari adalah orang perantauan. Bahkan saya tidak pernah naik ojek yang tukangnya orang papua. Sebagian besar perantauan dari Sulawesi bahkan ada juga yang asalnya dari pulau Jawa. Sampai saya mikir, orang jawa kok ngerantaunya bukan ke Jakarta aja yang lebih dekat. Hmm, entahlah. Padahal sepertinya lebih enak di Jakarta ya daripada di Papua. Pulang kampungnya jauh cuyy..

1 comment: